Blogger news

Powered By Blogger
Ditulis Oleh Para Jurnal Indonesia. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Latest Post

Jumat, 07 Desember 2012

Resensi Film“Bidadari Bidadari Dari Surga”Sebuah Potret Keluarga Indonesia



Resensi Film

Pemain : Nirina Zubir, Nadine Candrawinata, Nino Fernandez
Sutradara : Sony Gaokasak

Kharisma Starvision Plus kembali menghadirkan karya terbaiknya sebuah film berjudul Bidadari Bidadari Dari Surga yang akan mulai di putar 6 Desember 2012. Produser film Starvision Ir H Chand Parwez Servia menuturkan Bidadari Bidadari Surga, adalah sebuah potret keluarga Indonesia, tapi juga potret keluarga yang hitam putih milik seluruh keluarga di belahan bumi manapun. Layaknya keluarga, selalu penuh warna, romantika, cinta, dan air mata. Semua lengkap di film ini tanpa dipaksakan.
Cerita film ini diangkat dari novel karya Tere Liye dengan judul yang sama. Kemudian dipersepsikan ke dalam scenario oleh Gaokasak dan Dewa Raka.
Film ini mengkisahkan kehidupan Laisa dan keluarganya di Lembah Lahambay tidaklah mudah. Sebagai anak tertua dari lima bersaudara, Laisa harus merawat ibu dan adik-adiknya, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Mereka semua bekerja keras, mulai dari menyadap karet di hutan, mengambil kayu, menganyam topi pesanan dan masih banyak lagi.
Bagi Laisa adik-adiknya adalah segalanya, 'suatu hari kalian akan melihat berjuta kerlip cahaya lampu yang jauh lebih indah di luar lembah kita ...' itu yang selalu dikatakan Laisa pada adik-adiknya. Dia memberikan seluruh hidupnya pada mereka. Laisa bekerja di ladang tiap hari, Laisa membantu Dalimunte meloloskan proyek kincir airnya pada warga kampung, bahkan ketika Ikanuri dan Wibisana tersesat di hutan tempat para harimau Gunung Kendeng, Laisa tanpa takut menyusul ke hutan dan menyelamatkan adiknya tepat waktu dengan menawarkan dirinya sebagai pengganti. Perjuangan Laisa berakibat retak pergelangan kakinya saat mencarikan dokter ke kota untuk Yashinta yang sakit panas.
Dengan keadaan seadanya dan fisik yang tak terlalu sempurna, Laisa membawa perubahan bagi keluarganya dan warga kampungnya. Laisa merubah ladang mereka menjadi perkebunan strawberry yang berkembang pesat. Sementara satu persatu gadis seusia Laisa di kampung menikah dan berkeluarga. Laisa sadar sedikit sekali pria yang mau meminang gadis seperti dirinya. Laisapun sibuk di perkebunan strawberry-nya mengubur hasratnya untuk berkeluarga.
Ketika Dalimunte harus menikah melangkahi Laisa, Dalimunte merasa sangat bersalah. Dalimunte dan semua orang sibuk menjodohkan Laisa tanpa memikirkan perasaan Laisa yang sakit setiap kali perjodohan itu gagal. Gadis mana yang tak sakit hati melihat semua pria yang diajak adiknya ke rumah, satu persatu mundur begitu melihat Laisa. Tapi Laisa tak ingin menyakiti adiknya yang sudah bersusah payah, dan berpura-pura  menerima hal itu dengan enteng.
Tapi Dharma berbeda, salah satu teman Dalimunte yang membuat perasaan Laisa tak karuan. Awalnya Laisa tak begitu perduli pada Dharma. Dharma penuh perhatian pada Laisa, membuat Laisa mulai memperhatikan Dharma. 'Bagiku kau secantik apa yang telah kau lakukan untuk perkebunan ini...' itulah ucapan Dharma pada Laisa yang membuat Laisa jatuh cinta pada Dharma, tapi kenyataannya Dharma masih beristri. Istri Dharma yang tidak bisa memberikan keturunan merelakan Dharma untuk menikah lagi. Kabar itu bagaikan petir di siang bolong bagi Laisa. Pantas istri Dharma setuju Dharma menikahi Laisa. Tak ada satupun wanita yang mau suaminya menikah lagi, tapi pastinya Laisa bukan saingan bagi istri Dharma yang memang cantik.

Laisa merasa dibohongi. Dharma minta maaf bila dia telah menyakiti hati Laisa. Kalau saja istrinya bisa memiliki keturunan, maka sama sekali tak akan terlintas di pikiran Dharma untuk menikah lagi. Penjelasan yang tulus dari Dharma akhirnya membuat Laisa luluh. Laisa pun mau berkorban demi Dharma. Menekan harga dirinya, dan bersedia menjadi istri kedua. Hari pernikahan pun mulai disiapkan. Tapi menjelang hari bahagia itu tiba, Dharma mendapat kabar bahwa istrinya hamil. Kabar yang membahagiakan bagi Dharma tapi meruntuhkan semua harapan Laisa. Laisa kembali menyibukkan diri di perkebunannya, berusaha tampil seperti tak ada apa-apa.
Tapi seolah nasib tak pernah berhenti mempermainkan Laisa. Sakit yang selama ini dirasa Laisa adalah kanker paru-paru stadium 1. Laisa tahu, berapa banyak sih orang yang selamat dari kanker paru-paru? Mungkin orang akan berkata betapa tak adilnya hidup bagi Laisa. Tapi Laisa sendiri tak pernah menyesali hidupnya. Dia tak pernah menganggap hidupnya sia-sia, karena dengan semua yang telah dia lakukan, dia telah memberikan banyak kebahagiaan, untuk keluarganya dan untuk orang-orang di sekitarnya. Setelah semua kewajibannya usai, Laisa siap untuk menjadi Bidadari di Surga. (Deden .GP)

KONI Kota Bandung Jalankan Program Kemenpora



Catatan Jurnalis,Bandung-Pemerintah menyadari prestasi olahraga Tanah Air di kancah internasional akhir-akhir ini  mengalami penurunan. Terkait hal itu guna mengetahui titik kelemahan penyebabnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melakukan upaya prefentif,  salah satunya  dengan menggali langsung dari KONI daerah, melalui pembinaan dan bimbingan teknis (bintek) ke seluruh KONI kabupaten dan Kota se Indonesia.
" Di KONI Kota Bandung sendiri  pembinaan dan bintek tersebut merupakan program pusat yang disampaikan melalui KONI pusat, lalu diserahkan kembali ke KONI provinsi dan daerah sebagai pelaksana," ungkap Ketua Panpel seminar bintek Erry Sudrajat, di ruang kerjanya, Rabu  (5/12).
Erry mengaku,  meski waktu yang diberikan sangat singkat, namun pihaknya harus melaksanakan program tersebut,  karena ini sesuai instruksi  dari pusat. " Dengan aturan yang telah ditetapkan dari pusat, bintek hanya diikuiti 20 orang, terdiri atas perwakilan cabang olahraga perwakilan dari pemerintah  juga Ketua DPRD, karena berkaitan dengan  sumber kebijakan dalam masalah anggaran untuk sarana dan prasarana, di samping  SDM," jelasnya.
Erry berharap , melalui bintek bisa menjadi  jawaban semua permasalah di KONI daerah, baik berupa program, sarana dan prasarana, SDM serta anggaran yang nantinya akan disampaikan langsung ke pusat.
Disinggung  masalah anggaran yang kerap  dikeluhkan semua cabor tidak terkecuali KONI, tandas Erry,  itu sudah menjadi alasan klasik. Bahkan anggaran pulalah yang selalu membuat belum berhasilnya olahraga nasional. " Dengan program  bintek ini akan muncul ide-ide atau upaya dari setiap KONI ataupun pengcab dan pengda, untuk mencari sumber dana sendiri, sehingga tidak terlalu mengandalkan APBD," ungkapnya.
Ditambahkannya, ke depan pemerintah juga bisa lebih memperhatikan sarana dan prasarana dengan baik. "Jika ini bisa dijalankan nantinya bisa menunjang prestasi yang akan diraih oleh atlet," tutur Erry.
(Deden .GP)

Latihan Wushu Terkendala Cuaca


Andreas Wihardja (kanan) bersama Indra Senduk yang sukses menyabet  medali emas cabang olahraga wushu di PON XVIII di Riau yang baru lalu.    Ist.

Catatan jurnalis,Bandung-Salah satu cabang olahraga yang kerap mendulang medali emas diberbagai event, wushu, saat ini terkendala cuaca untuk melakukan program latihan. Hujan yang turun nyaris setiap hari memaksa cabor wushu berhenti berlatih. “Biasanya kami melakukan latihan di lintasan atletik GOR Pajajaran. Tapi dengan kondisi hujan setiap hari tentu kami tak bisa berlatih. Dulu Meskipun hujan kami masih bisa berlatih di Gedung Sasakawa. Tapi sekarang hal itu tidak bisa lagi kami lakukan,” ujar pelatih wushu yang juga ketua Pengcab Wushu Indonesia (WI) Kota Bandung, Andreas Wihardja, belum lama ini.
Selama ini cabor wushu memang tak memiliki fasilitas sendiri untuk berlatih, katakanlah semacam Rumah Wushu. Padahal kontribusi wushu, khususnya untuk raihan medali emas di berbagai event, baik untuk kota Bandung maupun Jawa Barat, dinilai cukup besar. “Tanpa fasilitas yang memadaipun kami tetap semangat berlatih. Tapi jujur saja, kami mungkin akan lebih semangat lagi seandainya memiliki Rumah Wushu sebagai fasiltas untuk berlatih,” tutur Andreas yang akrab disapa Wiwih ini.
Selama ini, tutur Andreas, peralatan semacam karpet, dititipkan di Lanud Husein Sastranegara, sedangkan peralatan lainnya disimpan dirumahnya sendiri, diseputaran Citepus, Jln. Pagarsih Bandung. “Ya, habis mau bagaimana lagi, jangankan memiliki tempat untuk berlatih, untuk menyimpan peralatanpun kita tak punya,” ujar pelatih kepala cabor wushu di PON XVIII di Riau yang baru lalu ini.
Menurutnya, sebagai seorang pelatih, tak ada kamusnya untuk merasa pesimis. Begitu juga menyangkut harapan, rasanya tak pernah mati. Dan itu artinya sampai saat ini harapan untuk mewujudkan Rumah Wushu  masih tetap ada dalam angannya. “Kalau pembinaan mau bagus, fasilitas memang harus menunjang. Sekarang ini, soal fasilitas kita tidak memilikinya, terus diperparah dengan cuaca yang tidak bersahabat. Jadi saya rasa kalau berbicara soal pembinaan tentu tidak akan bagus,” ujarnya.
Karena kondisi seperti itulah, untuk tahun depan, tutur Andreas, cabor wushu untuk sementara tidak akan menggelar event. “Padahal event atau kejuaraan itu penting sekali, karena hal itu terkait dengan hasil pembinaan kita selama ini. Namun karena kondisinya serba tidak kondusif, rasanya ada baiknya kami istirahat dulu menggelar event wushu,” tegas Andreas.    (Deden .GP)

Senin, 03 Desember 2012

15 Personel Pampaspres Ikuti Training Camp BFC



Catatan Jurnalis,Bandung-Sebanyak 18 siswa yang terdiri dari 15 personel Pasukan Pengawalan Presiden (Paspampres) dan 3 personel Pasukan Pengawal Pribadi (Paswalpri) Panglima  TNI, selama 2 bulan mengikuti  training camp di Bandung Fighting Club (BFC). Ke-15  personel tersebut terdiri dari perwira, bintara dan tamtama. Ketua Umum BFC  H. Edwin Sendjaya SE mengatakan, mereka mengikuti latihan Max Martial Art (MMA) . “MMA merupakan kolaborasi  dan campuran berbagai aliran ilmu bela diri yang ada seperti thai boxing, karate, taekwondo, wushu sanshao, gulat dan jujitsu,” ujar Edwin disela-sela memberi materi kepelatihan di Graha Batununggal Indah, Kompleks Batununggal, Bandung, belum lama ini.
Menurutnya, kemitraan BFC dengan Mabes TNI bukan untuk pertamakalinya dijalin. Sebab sebelumnya BFC juga telah mendapat kepercayaan melatih prajurit-prajurit yang berasal  dari berbagai kesatuan elite TNI seperti Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL, Detasemen-81/Gultor Kopassus, dan Detasemen Bravo-90 (Den Bravo-90) TNI AU. “Bagi BFC ini tentu saja merupakan kehormatan. Untuk itulah BFC senantiasa memberikan yang terbaik, terutama dari sisi materi kepelatihan. Kami sadar betul kontribusi yang kami berikan belumlah seberapa. Tapi biarpun sedikit, kami telah memberikan apa yang kami miliki khususnya kepada Mabes TNI yang sama-sama kita cintai ini,” tutur Edwin.
Edwin mengatakan, rentang waktu 2 bulan sebetulnya terlalu pendek untuk melatih personel Paspampres dan Paswalpri. “Mereka mulai berlatih sejak 24 September lalu dan akan berakhir pada 24 November mendatang. Karena rentang waktunya singkat, maka materi latihan yang diberikanpun otomatis padat. Setiap hari mereka berlatih tiga kali, kecuali Sabtu siang dan Minggu libur,” ujar Edwin yang dibantu 7 asistennya saat melatih.
“Saya berharap usai mengikuti training camp para personel Paspampres dan Paswalpri tersebut bisa mengaflikasikan ilmu beladiri yang mereka dapat untuk menunjang tugas ketika mereka berada dilapangan, khususnya untuk pengamanan objek-objek vital,” kata Edwin.  Rencananya pada Sabtu (24/11) akan digelar acara penutupan training camp di Kampung Gajah berupa acara seremonial, sparring partner dan pemberian sertifikat dari BFC.
Pelantikan
Ditempat yang sama Edwin mengatakan , Pengda Wushu Indonesia (WI) Jabar kini telah memiliki 19 pengcab, menyusul dilantiknya kepengurusan Pengcab WI Cianjur pada 17 November lalu yang diketuai oleh Pujianto. Menurut Edwin, dengan bertambahnya jumlah pengcab maka pihaknya berharap, bibit potensial atlet wushu akan terus tergali. “Kami juga akan terus mencari bibit baru untuk persiapan PON 2016 mendatang,” ujar Edwin.  (Deden .GP)

Sabtu, 01 Desember 2012

'Hello Goodbye”, Memaki Perpisahan Mengutuk Pertemuan



Resensi Film
Pemain      : Atikah Hasiholan, Rio Deanto
Sutradara : Titin Watimena

Indah (Atiqah Hasiholan) yang bekerja di KBRI Busan suatu hari bertemu dengan pelaut Indonesia bernama Abi (Rio Dewanto). Abi mengalami serangan jantung dan harus diturunkan di Busan. Indah kemudian ditugaskan untuk bertanggung jawab atas Abi.
Hidup di jalanan membuat Abi memiliki watak keras dan enggan menerima perhatian orang lain. Sementara Indah yang rindu rumah ingin sekali segera mengirim Abi ke Indonesia setelah sembuh. Indah dengan segala ambisinya, berhadapan dengan Abi yang menyerahkan dirinya kemanapun kapal pergi. Indah mengajarkan Abi tentang pentingnya sebuah tujuan. Abi mengajarkan Indah tentang pentingnya sebuah perjalanan.
Secara keseluruhan film ini seperti menjadi "milik" Rio dan Atiqah berdua. Karena persoalan yang dihadapkan hanya didominasi persoalan mereka berdua. Meskipun Titien Wattimena berusaha menampilkan persoalan-persoalan yang dihadapi pekerja di kantor imigrasi Indonesia di luar negeri, namun lagi-lagi persoalan itu juga diwujudkan lewat sosok Atiqah.
Layaknya drama, maka percakapan panjang menjadi pengantarnya. Rasa bosan akan mudah menyergap melihat percakapan panjang Rio dan Atiqah yang sebagaian besar terjadi di kamar rumah sakit. Untunglah Titien sukses menggarap skenario dengan matang. Dialog yang memancing tawa dan gemas bisa mengobati rasa bosan tersebut.
Titien juga menambahkan kata-kata indah pemanis yang membuat film ini terasa segar seperti "Memaki perpisahan sama saja mengutuk pertemuan". Urusan bahasa, Atiqah tentu tak perlu diragukan lagi. Cara pengucapan dan intonasi Atiqah akan menyakinkan anda bahwa film benar-benar syuting di Korea.
Yang paling menarik di film yang mulai tayang 29 NOvember 2012 ini  justru angle pengambilan gambar yang beragam dan detail. Nampak sekali keseriusan dan usaha Titien bersama dengan Robby Barus sebagai DOP untuk menangkap detail suasana dan tempat-tempat menarik di Busan. Anda akan menemukan konsep fotografi yang bisa membuat mata takjub di beberapa adegan film ini.  (Deden .GP)

Label 1

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Jurnalis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger