Blogger news

Powered By Blogger
Ditulis Oleh Para Jurnal Indonesia. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Latest Post

Senin, 28 Januari 2013

14 Ribu Ekor Bebek di Kabupaten Bandung Mati


Catatan Jurnalis,Rancaekek,- Keresahan peternak bebek di Kabupaten Bandung makin membuncah. Pasalnya jumlah kematian bebek secara mendadak terus meningkat dalam waktu tiga minggu ini. Bahkan kematian bebek ini terjadi dalam skala besar. Akibatnya, peternak harus menanggung kerugian yang besar.
"Sampai saat ini sudah tercatat sekitar 14 ribu bebek yang mati akibat terserang penyakit misterius. Dan itu baru empat peternak saja," ujar Ketua Himpunan Peternak Bebek Indonesia (HPBI) Kabupaten Bandung, Dadang Supriatna ketika ditemui wartawan di kediamannya, Minggu (27/1).
Empat peternak itu, yakni Enjang Rohidayat, peternak bebek di Kampung Andir RT 02/RW 09, Desa Cipedes, Kecamatan Paseh, Eman Sulaeman, peternak bebek di Kampung Haur Pugur RT 02/RW 07, Desa Haur Pugur, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rahmad Nur Fatah peternak bebek di Kampung Babakan Sukarame RT 01/RW 03, Desa Haur pugur, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, dan Asep Wahyudin, peternak bebek di Kampung Kondang Laer RT 01/RW 01, Desa Sangiang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.
"Paling banyak kelompok ternak Enjang bebek yang berjumlah 42 anggota. Totalnya 30 persen dari total 37 ribu ekor bebek atau sebanyak 10150 ekor. Akibatnya kelompok peternak Enjang merugi sekitar Rp 151 juta, jika setiap ekornya dihargai Rp 12500," ujar Dadang yang menilai jumlah itu akan terus bertambah.
Di Kabupaten Bandung, lanjut Dadang, kasus kematian mendadak ternak bebek terjadi hampir merata di seluruh Kabupaten. Adapun kasus terparah terjadi di Rancaekek, Solokanjeruk, Cikancung, Paseh, Ibun, Cicalengka, Nagreg, dan Majalaya. Bukan tak mungkin kasus kematian ternak bebek secara mendadak yang sebenarnya sudah terjadi dua bulan terakhir ini akan terus meningkat selama dua minggu ini.
"Kematian terjadi pada itik muda dengan usia kurang dari 4 bulan. Praktis, dengan adanya kematian bebek membuat peternak menjual sisa itik yang masih hidup untuk menghindari kematian susulan. Hal itu juga mengakibatkan kerugian besar bagi peternak. Artinya, kondisi peternak bebek saat ini sangat memprihatinkan," kata Dadang.
Dadang menilai, setiap kelompok peternak yang memiliki 10-15 anggota biasanya merugi sekitar Rp 25 juta- Rp 35 juta akibat bebek-bebeknya mati mendadak. Nilai tersebut merupakan jumlah modal yang keluar seperti pemberian pakan yang telah diberikan selama dua bulan, pembelian bibit, perawatan bebek selama dua bulan dan biaya lainnya. Namun bebek-bebeknya tak bisa dijual lantaran mati mendadak.
"Akibat puluhan ribu bebek mati, dipastikan akan menambah jumlah pengangguran di Kabupaten Bandung. Bagaimana tidak? Mulai dari tingkat pemotongan bebek, penetas telur, peternak bebek, pedagang bebek tidak bisa bekerja lantaran bebek-bebeknya mati tanpa ada pengganti atau pun solusi," ujar Dadang.
 
Dikatakan Dadang, para tukang potong bebek yang biasanya bisa memotong sekitar 600 potong bebek setiap harinya, kini mereka hanya memotorng 200 ekor setiap minggu. Hal itu disebabkan bebek-bebek banyak yang mati akibat terserang penyakit misterius. Selain itu, setiap kelompok peternak yang biasa mendsitribusikan 5 ribu ekor per hari, kini hanya mampu mengirim bebek hidup sebanyak 500 ekor.
"Kalau begini terus nasib kami seperti pedagang daging sapi. Bahkan lebih parah karena kami tidak punya bebek perah untuk bisa dipotong," ujar Dadang.
Menurut Dadang, pemerintah diharapkan cepat tanggap dengan melakukan pencegahan kematian itik lainnya. Selain itu, pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi kepada para peternak agar bisa memelihara bebek lebih baik lagi. Dikatakan Dadang selama ini pemerintah terkesan cuek karena belum memberikan bantuan apapun kepada peternak. Mereka hanya memberikan cairan desinfektan yang fungsinya hanya membersihkan kandang.
"Selain bimbingan teknis yang jelas dan pemberian vaksin atau pun penelitian tentang penyakit yang menyerang bebek-bebek ini, pemerintah seharusnya mengupayakan pemberian dana hibah atau pinjaman dana lunak kepada para peternak ini. Sebab para peternak ini sudah tidak bisa lagi mencari modal karena mereka sudah meminjam modal ke bank-bank," ujar Dadang yang mengkritik Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bandung yang hanya duduk manis di depan meja. Menurutnya Kadisnakan turun ke lapangan melihat situasi dan kondisi di lapangan. (Gms)

Rakercab PBSI Kota Bandung Menyoroti Mutasi Atlet


Catatan Jurnalis,Soreang-Seluruh cabang olahraga di bawah induk organisasi Kota Bandung menjadikan tahun 2013 sebagai tahun pemantapan, jelang bergulirnya multi event olahraga tertinggi di Jabar, yakni Porda XII, yang akan berlangsung di Kabupaten Bekasi akhir 2014 mendatang.
Begitupun dengan cabang olahraga Bulutangkis, Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kota Bandung, pada rakercab  yang digelar  di Soreang Kabupaten Bandung, lebih membahas kepada persiapan Porda nanti, sesuai tema pada rakercab yaitu 'Bangkit Prestasi Bulutangkis Raih Emas Di Setiap Event' menjadi acuan untuk PBSI Kota Bandung mempersiapkan berbagai hal.
"Pengcab sudah menyiapkan  atlet potensial yang saat ini sudah tercatat  27 dari berbagai klub di Kota Bandung, seperti SGS, Mutiara dan Gunadharma dan Kotab," ujar  Ketua Umum Pengcab PBSI Kota Bandung, H. Tjetje Soebrata," usai rakercab, Minggu (27/01) siang.
Tjetje mengatakan, beberapa tahun silam  Kota Bandung merupakan kawah candradimuka untuk cabor bulutangkis, yang mana. dari aspek apapun tidak pernah kekuaranga, mulai sekolah, GOR,  pelatih maupun klub di Bandung.
Namun saat ini  prestasi Bulutangkis sedang meredup, akibat minimnya dukungan finacial, sehingga berdampak terhadap prestasi nasional," katanya.
Karenanya melalui rakercab PBSI Kota Bandung tahun ini, diharapkan muncul konsep dan program-program dalam mendukung pendanaan dalam mengembalikan  prestasi bulutangkis di Kota Bandung khususnya.
Disinggung tentang mutasi atlet, tegas Tjetje, sudah tidak, karena pada Desember 2012 waktu terkahir untuk hal itu. Tjetje pun meminta kepada klub-klub untuk melaporkan database atlet,  jika masih dihadapkan terkait mutasi atlet.
"Di samping itu, klub memberi dukungan kepada pengcab ketika memberi arahan terhadap atlet-atletnya," pinta Tjetje.
Tjete menjelaskan, dalam waktu dekat pihaknya akan membentuk Pelatcab yang dilalui dengan tiga tahapan. " Untuk Pelatcab, kita akan memulai dengan 200 persen, selanjutnya  150 dan 100 persen sebelum porda," jelasnya.
Dua permasalahan yang sampai saat ini belum ada kejelasan, yaitu batasan usia serta, boleh tidaknya atlet pelatnas  memperkuat di Porda nanti.
"Sampai saat ini, kami belum mengetahui, usia maksimal atlet yang boleh tampil di Porda, termasuk belum adanya kepastian tim pelatnas bisa memperkuat," kata Tjetje.
Terkait permasalahan mutasi atlet juga diungkapkan, Ketua I KONI Kota Bandung, Tjetje Nurdin  mewakili Ketua Umum Aan Johana yang berhalangan hadir, agar semua cabang olahraga lebih memperhatikan hal itu. " Kendati mutasi sudah diakhiri pada Desember 2012, namun cabor untuk tetap mengantisipasinya," tegasnya.
Sementara, dengan Rakercab itu sendiri menurut Tjetje Nurdin, merupakan pondasi awal untuk kegiatan dan menjalankan program,  agar dapat menghasilkan konsep dan  pedoman untuk organisasi ke depan.
Pada rakercab itu, dihadiri 50 peserta, terdiri dari pengurus Pengcab PBSI dan KONI Kota Bandung serta klub-klub bulutangkis.   (Deden .GP)
Ketua Umum Pengcab PBSI Kota Bandung, H. Tjetje Soebrata memberi kata sambutan pada Rakercab PBSI Kota Bandung, Minggu (27/1) di Katapang.

Label 1

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Jurnalis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger