Catatan Jurnalis- Open tournament dinilai lebih efektif dalam menguji kemampuan para atlet, ketimbang Pekan Olahraga Daerah (Porda). Selain bisa menguji kemampuan lewat turnamen terbuka, pengalaman para atlet bisa lebih terukur.
Pengurus Cabang Wushu Kota Bandung, Andryas Wiraharja mengatakan,
bagi seorang atlet bertanding di gelanggang itu sangat perlu untuk menguji
kemampuan serta menambah pengalaman.
"Bagus saat latihan kan belum tentu kalau sedang bertanding.
Di sinilah pentingnya bagi para atlet, untuk terus menguji kemampuannya dalam
sebuah laga atau pertandingan. Sebab itulah kami menilai open tournament lebih
tepat daripada Porda," ujar Andryas yang lebih akrab di panggil Wiwih
kepada wartawan, Senin (22/10).
Dijelaskan Wiwih, dalam open tournament tidak ada batasan umur,
sehingga memungkinkan atlet senior yang sudah tidak muda lagi untuk
mengikutinya. Hal itu bisa terus memberikan kesempatan bagi atlet senior untuk
terus mengasah kemampuannya.
Menurutnya, dengan biaya Porda saat ini, cabang olahraga (cabor)
sebut saja wushu bisa menggelar turnamen terbuka. Misalnya tiga kali dalam
setahun. Hal inilah yang menurut Wiwih, bisa menjadi ajang bagi para atlet
untuk menguji apa yang sudah dipelajarinya. Dengan begitu, para atlet bisa tahu
sejauh mana kemampuan yang sudah dipelajari, dan mereka pun bisa mengukur
pengalamannya.
"Daripada Porda menghambur-hamburkan uang, lebih baik gunakan
anggaran Porda untuk open tournament. Jadi, misalnya open tournament itu bisa
dilakukan tiga kali dalam setahun, atau bisa disesuaikan kembali,"
ungkapnya.
Disebutkannya, di negara lain, tidak ada ajang seperti Porda.
Mereka justru membuka peluang bagi atlet berbakat untuk terus melaju dalam
ajang berkelas internasional. "Kalau ingin mencari atlet berbakat,
sepertinya open tournament lebih tepat dan lebih efektif dalam hal anggaran serta
waktu," tegasnya.
Wiwih berharap, rencana itu bisa dilaksanakan di Tanah Air,
khususnya di Jabar. Diakuinya, hal itu tidak hanya bisa mencetak atlet-atlet
berprestasi tapi juga bisa terus memberikan kesempatan bagi mantan atlit peraih
emas, untuk bisa terus berkiprah di ajang berkelas internasional.
"Kita juga harus mendahulukan kesempatan mantan atlet peraih
emas untuk go international. Seharusnya mereka memang didahulukan untuk
mengikuti even-even internasional, misalnya saja even sekelas Asia," ujarnya. (Deden
.GP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar