Sabtu, 06 Oktober 2012

Ratusan Warga Was-was Dengan Lubernya Air Lindi Ketika Musim Hujan



Kabar Nusantara- Ratusan warga Kampung Cicangri dan Kampung Karangwulang, Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, merasa khawatir lantaran sebentar lagi memasuki musim penghujan.
Hal itu dikarenakan limbah lindi (air yang keluar dari sampah) yang berasal dari tempat pembuangan akhir (TPA) Babakan, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, akan mengalir di Sungai Cieuletik, sungai yang melalui RW 1 dan RW 2.
"Akibat pengolahan limbah di TPA Babakan yang belum berfungsi dengan normal dan benar, air sungainya menjadi bau karena air lindinya meluber ke sungai. Belum lagi banjir sampai masuk ke rumah-rumah," kata Mamad (60) Ketua RT 1 RW 2 Kampung Cicangri, Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Kamis (4/10).
Mamad mengaku, limbah lindi TPA Babakan memang dibuang ke Sungai Cileutik. Namun, kata Mamad, air lindi tak banyak mengalir di sungai tersebut ketika musim kemarau. "Kalau kemarau airnya masih bisa tertampung di kolam penampungan lindi. Kalau mengalir pasti sungainya berwana hitam," katanya.
  Tak hanya mencemari aliran sungai, Mamad menduga dampak air lindi juga mencemari air sumur warga. Bahkan beberapa sumur warga ada yang tak lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena takut keracunan. "Dulu sebelum ada TPA airnya jernih dan bisa diminum. Sekarang warnanya kuning," ujarnya.
Karena itu Mamad meminta pemerintah segera menguji air sumur warga yang kebanyakan hanya digunakan untuk mandi cuci kakus (MCK) itu lantaran warnya berubah. "Mungkin airnya seperti itu karena ada resapan dari air sungai yang tercemar," katanya. Ia mengaku warga memang sudah banyak mengeluh, namun pemerintah minim perhatian.
Sementara itu warga RT 1 RW 2 Kampung Cicangri Suwandi (45)dan Eye (70) berharap TPA Babakan bisa segera pindah ke tempat lain. Apalagi, kata keduanya, kontrak TPA itu kabarnya akan habis pada 2014. "Kalau bisa segera pindah ke TPA yang di Nagreg. Agar dampak dari adanya TPA Babakan tidak dialami warga," ujar Suwandi ditemui di kediamannya. Ia menyebut, semua yang berkaitan dengan sampah pasti mengeluarkan bau.
Hal senada juga diutarakan Haji Emed Memed Dinata (68) warga RT 4 RW 2, Kampung Karangwulang, Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Ia pun membenarkan ratusan warga mengeluh limbah lindi yang mengalir di Sungai Cileutik.
Bahkan kata dia Kampung Sukatani dan Sukasirna yang berada di RW 1 paling merasakan dampak dari ari lindi dari TPA Babakan. Sebab jarak kampung dengan TPA hanya sekitar 200 meter. "TPA-nya berada di Desa Babakan Kecamatan Ciparay tapi dampaknya ke desa kami," ujarnya ketika ditemui di kediamannya, Kamis (4/10).
Selain mengeluh air lindi yang baunya menyengat dan diduga mencemari air sumur, kata Emed, lalat hijau banyak bermunculan ketika musim hujan. Akibatnya banyak warga mengalami sakit. "Banyak anak-anak yang mengeluh sakit diare," ujarnya.
Meski begitu, Emed mengaku, upaya pengolahan limbah memang pernah dan sudah dilakukan pihak intansi terkait, Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan (Dispertasih) Kabupaten Bandung. Namun, lanjut Emed upaya tersebut hanya terkesan setengah-setengah.
"Dispertasih pernah membuat saluran air lindi tapi hanya dipasang saja. Fungsinya tapi tidak jelas. Dua kali dipasang kemudian rusak dan dibiarkan saja. Itu kan membuang anggaran," ujarnya. Paralon itu, kata Emed, rusak karena kerap dilanda banjir ketika hujan datang.
 
:Salah seorang warga Kp Cicangri menunjukan sumur yang airnya tak dapat lagi dipakai untuk minum,karena sudah tercemari resapan air limbah dari TPA Babakan Ciparay kab Bandung(doc Dent)
  
Tak hanya itu, Emed menilai, pembuatan kolam penampungan dan pengolahan air lindi juga tak berfungsi, Menurutnya, pembuatan kolam itu hanya sebagai formalitas sebagai TPA saja. "Mungkin hanya untuk iming-iming warga agat tidak protes," kata tokoh di RW 1 tersebut. Karena itu warga yang terlanjur kecewa dengan sikap pemerintah ingin TPA Babakan segera dipindahkan.
Emed berharap, pemerintah tanggap dengan keluhan warga yang sudah dialami sejak 1992. Bukan hanya membuat program yang hanya menghabiskan anggaran dan tidak berjalan. Seperti halnya pengolahan sampah, pembuatan kolam untuk mengolah air lindi, dan rencana pembuatan pembangkit listrik berbahan bakar sampah.
"Berjalan paling lama enam bulan. Habis itu selesai. Program ada tapi tidak jalan-jalan hanya rencana saja," ujar Emed.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Bandung, Dadang M Nasser, mengatakan akan menggeser Kepala Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan (Dispertasih) Kabupaten Bandung. Pasalnya, kinerjanya diragukan lantaran sistem pengolahan sampah di TPA Babakan senilai Rp 2,7 M terbengkalai alias tak berfungsi.
"Kami sedang mengevaluasi. Dan saya tidak akan bertele-tele untuk menggesernya kalau memang kerjanya tidak profesional," ujarnya ketika ditemui Tribun di SMA 1 Negeri Rancaekek, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Kamis (4/10). Orang nomor satu itu pun mengaku sedang mengevaluasi dampak tidak beroperasinya pengolahan air lindi di TPA Babakan.
Tentang masa pemakaian TPA Babakan, Dadang membantah TPA itu akan tutup pada 2014. Ia mengatakan TPA Babakan tidak pindah kemana pun. Bahkan kontraknya akan diperpanjang terus jika memang akan habis. "Kalau dipindah itu kan buang-buang uang. Saya yakin yang bilang seperti itu punya kepentingan politis," ujarnya. Dikatakan Dadang, pemerintah siap diprotes jika memang dampak TPA Babakan merugikan warga. Karena itu Dadang siap menampung aspirasi warga untuk mengembangkan TPA Babakan agar lebih berfungsi maksimal. Dia mengatakan, TPA Babakan akan dimodernkan.
"Kalau perbaikan tentunya kami pikirkan. Dan kami akan menjalankan kembali pengolahan sampah di TPA Babakan dan mengembangkan TPA ini bisa menjadi pembangkit listrik juga," katanya.(Deden Kusdinar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Jurnalis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger