* jalan cepat rusak karena kerap diinjak truk bermuatan Batu overload
Kabar Nusantara- Warga kecamatan Cikancung mengeluhkan
kondisi Jalan Cinangka- Ciluluk atau tepatnya jalan dari Desa Cinangka sampai
Desa Cihanyir yang rusak parah.
Hal itu dibenarkan Camat Cikancung, Achmad Solihin ketika ditemui wartawan di kantor Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Rabu (3/10). Menurut Achmad, jalan yang menghubungkan Cikancung dengan Jalan Raya Cijapati itu rusak akibat kerap dilewati truk-truk pengangkut batu dari perusahaan penambang batu yang ada di Desa Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
"Setiap hari ada 100 truk mondar-mandir di jalan itu, dengan muatan yang melebihi kapasitas (Overload) ujar Achmad.
Diakui Achmad, pihak perusahaan yang menjadikan jalan tersebut untuk dilalui truk-truknya itu memang minim perhatian. Bahkan, ucap Achmad, komitmen perusahaan yang akan memberikan bantuan dana untuk memperbaiki jalan tersebut belum terealiasasi hingga saat ini.
"Sudah sekitar dua tahun ini jalan tersebut belum diperbaiki," ujar Achmad. Ia pun mengatakan, bahkan masyarakat sempat demo ke kantor kecamatan sebelum Lebaran karena jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
Achmad mengaku, pihaknya sudah mengajukan permohonan ke dinas terkait, yakni Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Bandung tetang perbaikan jalan tersebut. Namun pihak DPU hanya memberikan bantuan dana sekitar Rp 200 juta untuk menghaluskan sebagian jalan tersebut.
"Kalau ditotal biaya perbaikan sampai 700 juta," ujar Achmad.
Sementara dikatakannya, pihak perusahaan pun kini lebih memilih melewati Jalan Cihanyir-Ciluluk lantaran kondisi jalan tersebut sudah mulus diaspal DPU.
"Jangan cuma mau enaknya saja lewat jalan yang sudah diaspal. Minimal jalan-jalan yang berlubang dan rusak bisa diperbaiki kan bisa mengurangi dana perbaikan jalan yang rencananya di hot mix," ujarnya.
Berdasarkan pantauan “KN”, jalan yang menjadi keluhan warga tersebut kondisinya memang memprihatinkan. Sebagian badan jalan tersebut terkikis. Lapisan aspal pada permukaan jalan jarang terlihat, sebaliknya bebatuan kerikil terlihat sepanjang jalan.
Pengguna jalan yang tak terbiasa dengan kondisi ini selalu terancam bahaya. Apalagi jalan menuju desa ini dalam kondisi berkelok dan menurun. Belum lagi kondisi jalan yang kering sehingga menyebabkan debu yang membahayakan penglihatan dan pernafasan para pengguna jalan.
Achmad mengaku, masyarakat memang bukan pertama kalinya menuntut pertanggungjawaban perusahaan penambang batu tersebut. Sebelumnya, kata Achmad, warga mengeluh dampak dari kegiatan penambangan batu tersebut. Namun persoalan tersebut sudah selesai setelah dibentuk pengurus pendapatan asli daerah (PAD) untuk setiap RW. "Warga mengeluh adanya debu dari kegiatan penambangan sehingga menganggu pernafasan," ujarnya.(Dent)
Hal itu dibenarkan Camat Cikancung, Achmad Solihin ketika ditemui wartawan di kantor Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Rabu (3/10). Menurut Achmad, jalan yang menghubungkan Cikancung dengan Jalan Raya Cijapati itu rusak akibat kerap dilewati truk-truk pengangkut batu dari perusahaan penambang batu yang ada di Desa Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
"Setiap hari ada 100 truk mondar-mandir di jalan itu, dengan muatan yang melebihi kapasitas (Overload) ujar Achmad.
Diakui Achmad, pihak perusahaan yang menjadikan jalan tersebut untuk dilalui truk-truknya itu memang minim perhatian. Bahkan, ucap Achmad, komitmen perusahaan yang akan memberikan bantuan dana untuk memperbaiki jalan tersebut belum terealiasasi hingga saat ini.
"Sudah sekitar dua tahun ini jalan tersebut belum diperbaiki," ujar Achmad. Ia pun mengatakan, bahkan masyarakat sempat demo ke kantor kecamatan sebelum Lebaran karena jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
Achmad mengaku, pihaknya sudah mengajukan permohonan ke dinas terkait, yakni Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Bandung tetang perbaikan jalan tersebut. Namun pihak DPU hanya memberikan bantuan dana sekitar Rp 200 juta untuk menghaluskan sebagian jalan tersebut.
"Kalau ditotal biaya perbaikan sampai 700 juta," ujar Achmad.
Sementara dikatakannya, pihak perusahaan pun kini lebih memilih melewati Jalan Cihanyir-Ciluluk lantaran kondisi jalan tersebut sudah mulus diaspal DPU.
"Jangan cuma mau enaknya saja lewat jalan yang sudah diaspal. Minimal jalan-jalan yang berlubang dan rusak bisa diperbaiki kan bisa mengurangi dana perbaikan jalan yang rencananya di hot mix," ujarnya.
Berdasarkan pantauan “KN”, jalan yang menjadi keluhan warga tersebut kondisinya memang memprihatinkan. Sebagian badan jalan tersebut terkikis. Lapisan aspal pada permukaan jalan jarang terlihat, sebaliknya bebatuan kerikil terlihat sepanjang jalan.
Pengguna jalan yang tak terbiasa dengan kondisi ini selalu terancam bahaya. Apalagi jalan menuju desa ini dalam kondisi berkelok dan menurun. Belum lagi kondisi jalan yang kering sehingga menyebabkan debu yang membahayakan penglihatan dan pernafasan para pengguna jalan.
Achmad mengaku, masyarakat memang bukan pertama kalinya menuntut pertanggungjawaban perusahaan penambang batu tersebut. Sebelumnya, kata Achmad, warga mengeluh dampak dari kegiatan penambangan batu tersebut. Namun persoalan tersebut sudah selesai setelah dibentuk pengurus pendapatan asli daerah (PAD) untuk setiap RW. "Warga mengeluh adanya debu dari kegiatan penambangan sehingga menganggu pernafasan," ujarnya.(Dent)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar